Kandungan Racun dalam Teh Oolong Ditemukan di China

AN Uyung Pramudiarja – detikHealth

teh oolong

ilustrasi (foto: thinkstock)

Shanghai, Karena diyakini lebih berkhasiat dibanding teh biasa, Teh Oolong cukup populer di seluruh dunia. Namun hati-hati, ada beberapa produk Teh Oolong buatan China yang diketahui tercemar kandungan racun berbahaya dan bisa merusak tulang.

Produk-produk yang tercemar itu dibuat di Shanghai dan dijual dengan merek dagang Mingfeng, Jiaranlu, Zhengxiangyuan, Cuiming dan Shenxin. Kelimanya termasuk dalam daftar 19 merek Teh Oolong lainnya yang juga tidak memenuhi standar mutu keamanan pangan di China.

Kandungan racun yang ditemukan dalam 5 merek Teh Oolong tersebut adalah unsur bumi langka (rare-earth element). Tidak disebutkan unsur apa saja yang ditemukan dalam produk-produk trsebut, namun disebutkan kadarnya melebihi batas aman yakni 2 mg/kg.

Badan pengawas makanan di China mengatakan, unsur bumi langka sering ditambahkan dalam produk teh untuk memperbaiki kualitas fisik dan meningkatkan cita rasa. Namun seperti dikutip dari Shanghaildaily, Kamis (10/11/2011), unsur-unsur tersebut bisa berbahaya jika berlebihan khususnya bagi tulang.

Unsur bumi langka merupakan kumpulan 17 unsur kimia yang sebenarnya tidak langka, dan banyak dipakai dalam industri elektronik maupun peralatan teknik. Salah satu unsur dalam kelompok ini adalah Scandium (Sc), yang namanya sesuai tempat pertama kali ditemukan yakni di Skandinavia.

Teh Oolong sendiri sangat digemari karena diyakini lebih bermanfaat dibanding jenis teh lainnya, terutama untuk mengontrol kadar kolesterol dan menurunkan gula darah. Teh ini juga disebut teh semi-fermentasi karena mengalami oksidasi dalam proses pembuatannya.

Proses oksidasi dalam pembuatan Teh Oolong terjadi karena daun teh yang baru dipetik dijemur sangat lama di bawah terik matahari. Daun-daun teh tersebut baru siap digunakan setelah benar-benar mengering, hingga keriting seperti daun yang mulai akan membusuk.

(up/ir)

sumber: detikHealth

Kopi 3in1? Itu biasa…  Kopi Radix-HPA adalah kopi herbal 7in1….. luar biasa…

Tempe Kurangi Risiko Penyakit Jantung

KOMPAS.com — Menopause merupakan proses alamiah pada wanita yang ditandai dengan penurunan fungsi ovarium yang mengakibatkan penurunan produksi estrogen. Berkurangnya estrogen ini membawa berbagai masalah, salah satunya meningkatnya risiko penyakit jantung.

Penurunan produksi estrogen menyebabkan gangguan metabolisme lemak darah sehingga akan memperburuk profil lipid darah dan oksidasi dalam tubuh sehingga perempuan rentan menderita penyakit jantung koroner.

Keterkaitan inilah yang mendorong Diah Mulyawati Utari melakukan penelitian studi doktoralnya pada Program Studi Gizi Manusia, Sekolah Pascasarjana (SPs) Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan mengusung khasiat tempe bagi wanita menopause.

Judul disertasi yang disusunnya, yakni “Efek Intervensi Tempe terhadap Profil Lipid, Superoksida Dismutase, LDL Teroksidasi dan Malondialdehyde pada Wanita Menopause”, ini dirilis bagian Hubungan Masyarakat IPB melalui surat elektronik kepadaKompas, Kamis (7/7/2011).

Berikut paparannya. Lipid dalam tubuh mudah teroksidasi sehingga mengakibatkan terbentuknya peroksidasi lipid yang ditandai dengan peningkatan malondialdehyde (MDA). Tingginya kadar MDA dapat digunakan sebagai indikator radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas yang berlebih adalah faktor risiko penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, stroke, dan kanker. Lipid khususnya dalam kolesterol-LDL (K-LDL) yang dikenal sebagai kolesterol jahat merupakan target utama oksidasi.

Terjadinya oksidasi pada K-LDL merupakan salah satu faktor utama penyumbatan pembuluh darah. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut diperlukan adanya antioksidan, salah satunya adalah antioksidan endogen yaitu superoksida dismutase (SOD) yang merupakan pertahanan pertama terhadap proses oksidasi di dalam tubuh.

Dikatakannya, dalam 10-12 tahun terakhir, penelitian tentang manfaat protein kedelai dan isoflavon semakin meningkat dan mendalam, dan membuktikan bahwa konsumsi kedelai tidak saja memperbaiki beberapa aspek kesehatan pada wanita menopause, tetapi juga memperbaiki kesehatan jantung.

Kita ketahui, tempe merupakan pangan tradisional yang sangat populer di Indonesia. Proses fermentasi membuat kadar asam amino, asam lemak, dan isoflavon pada tempe jauh lebih tinggi dibanding kedelai.

Dikatakannya, beberapa penelitian tentang intervensi tempe telah dilakukan di Indonesia, tetapi sejauh ini belum diketahui pengaruh tempe secara komprehensif terhadap profil lipid, SOD, MDA, dan LDL teroksidasi pada wanita menopause sebagai kelompok berisiko terserang penyakit jantung koroner. “Saya tertarik meneliti hal ini,” ujarnya.

Penelitiannya dilakukan di Kota Bogor dengan jumlah total sampel 53 wanita menopause. Para wanita menopause ini diberikan 160 gram tempe setiap hari selama empat minggu.

Jumlah tersebut setara dengan empat potong tempe ukuran sedang. Tempe ini dikukus selama 10 menit kemudian dicampur dengan bumbu tertentu sehingga menjadi makanan siap santap.

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah perempuan yang menopause alami, rentang menopause 1-5 tahun, salah satu dari profil lipid tidak normal, tidak sedang sakit atau punya riwayat penyakit degeneratif, tidak mengonsumsi obat dan suplemen, tidak menggunakan terapi estrogen, bukan penganut vegetarian, dan bersedia memenuhi peraturan selama penelitian. Sampel dijaring melalui pos pembinaan terpadu aktif yang ada di Kota Bogor.

Analisis pangan tempe menunjukkan bahwa kandungan asam amino tertinggi pada tempe adalah arginin dan asam lemak tertinggi adalah asam linoleat. Tempe juga kaya akan isoflavon dan kadarnya relatif dapat dipertahankan jika tempe diolah dengan pengukusan (bukan penggorengan).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian tempe sebanyak 160 gram setiap hari selama empat minggu dapat memperbaiki profil lipid yaitu menurunkan kadar kolesterol total, K-LDL (kolesterol jahat), dan trigliserida. tempe ini juga dapat meningkatkan aktivitas enzim antioksidan SOD serta menurunkan MDA dan oksidasi pada LDL. Hasil penelitian ini secara bermakna menunjukkan bahwa tempe mempunyai kemampuan untuk menurunkan faktor risiko penyakit jantung koroner.

Dari penelitian ini, Diah menyarankan agar pemerintah meningkatkan sosialisasi tempe sebagai makanan yang mempunyai manfaat bagi kesehatan. Masyarakat disarankan untuk meningkatkan konsumsi tempe setiap hari secara terus-menerus, khususnya pada wanita menopause serta kelompok lain yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit jantung koroner.

Diah juga berpesan, untuk mendapatkan efek maksimal bagi kesehatan, tempe sebaiknya diolah dengan cara dikukus dan menghindari pengolahan dengan cara menggoreng. Mengenai jumlah tempe yang dikonsumsi, Diah merekomendasikan sekitar 150-160 gram setiap hari atau setara dengan 3-4 potong tempe ukuran sedang.

sumber: health.kompas.com

Suplemen pertumbuhan dan daya tahan anak? Extragreen jawabnya…