Musik Bisa Bikin Cerdas dan Melawan Sakit

Putro Agus Harnowo – detikHealth

Musik Bisa Bikin Cerdas dan Melawan Sakit

foto: thinkstock

Jakarta, Musik telah banyak digunakan sebagai terapi untuk mengatasi berbagai gejala depresi dan kecemasan. Ternyata, ada banyak manfaat kesehatan lainnya dari musik. Banyaknya manfaat ini sampai sekarang masih dijelajahi oleh para peneliti.

“Ada sesuatu tentang musik dan terlibat dalam kegiatan musik yang tampaknya sangat merangsang bagi otak dan tubuh. Menyanyikan lagu-lagu favorit dengan keluarga dan teman-teman, bermain dalam band atau menari diiringi musik juga dapat memperkuat ikatan dengan orang lain,” kata neuroscientist, Dr Petr Janata dari University of California, Davis seperti dilansir brainready.com, Senin (30/1/2012).

Mengurangi rasa sakit

Beberapa penelitian telah menemukan bahwa mendengarkan musik dapat mengurangi rasa sakit. Penelitian lain menunjukkan bahwa musik dapat bermanfaat bagi pasien penyakit jantung dengan mengurangi tekanan darah, denyut jantung dan kecemasan.

Terapi musik juga telah ditunjukkan untuk mengangkat semangat pasien dengan depresi. Membuat musik sendiri, baik memainkan alat musik atau bernyanyi, dapat memiliki efek terapi juga.

Ketika mendengarkan atau terlibat dalam musik yang membuat senang, rileks, kontemplatif, tubuh akan mendapat efek relaksasi yang mendalam seperti tidur nyenyak, mandi air hangat, dan menurunkan tingkat stres secara keseluruhan.

Meningkatkan kemampuan otak

Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bagaimana musik dapat meningkatkan fungsi otak. Dalam satu penelitian, psikolog klinis Charles Emery dari Ohio State University mempelajari efek musik terhadap orang yang mendengarkannya selama olahraga secara teratur.

Emery dan timnya menguji 33 orang pria dan wanita yang sedang berada dalam minggu-minggu akhir program rehabilitasi jantung. Masing-masing peserta diuji untuk kemampuan mentalnya setelah berolahraga tanpa musik dan berolahraga dengan musik.

Hasilnya, rata-rata para peserta mendapat skor lebih dari dua kali lipat ketika mendengarkan musik setelah berolahraga tanpa mendengarkan musik daripada setelah berolahraga. Musik yang dipilih adalah karya Vivaldi yang berjudul “The Four Seasons”.

Penelitian sebelumnya oleh ilmuwan lain menunjukkan bahwa musik membantu pasien penyakit paru-paru agar kemampuan mentalnya dapat bekerja dengan lebih baik.

Emery menduga manfaat yang sama dapat diperoleh dengan mendengarkan semua jenis musik, bukan hanya musik klasik. Ia berteori bahwa “Four Seasons” dapat merangsang kinerja mental karena kerumitannya memaksa otak untuk mengatur transmisi saraf.

“Tapi musik jenis lainnya mungkin bekerja lebih baik untuk beberapa orang. Saya tidak berpikir ada sesuatu yang khusus pada musik Vivaldi atau musik klasik yang akan memicu peningkatan fungsi otak,” kata Emery.

Meningkatkan kecerdasan

Beberapa penelitian lain telah menggambarkan bahwa mendengarkan musik adalah suatu usaha yang lebih kompleks dari kelihatannya. Otak manusia memilah nada, waktu, dan pengurutan suara untuk memahami musik.

Diyakini bahwa lobus frontal otak dirangsang dan diaktifkan ketika mendengarkan musik. Karena area tersebut adalah bagian otak yang berhubungan dengan fungsi mental yang lebih tinggi seperti berpikir abstrak atau perencanaan.

Frances Rauscher, psikolog di University of Wisconsin di Oshkosh dan rekan-rekannya menemukan bahwa mendengarkan musik Mozart dapat meningkatkan penalaran orang di bidang matematika dan kemampuan spasial.

Bahkan, tikus yang berlari labirin menjadi lebih cepat dan lebih akurat setelah mendengar Mozart. Menurut Rauscher, piano sonata Mozart tampaknya merangsang aktivitas tiga gen yang terlibat dalam sinyal sel saraf di otak.

Mendengarkan musik adalah salah satu cara mendengarkan musik secara pasif untuk memperoleh manfaat bagi otak. Tetapi aktifitas yang lebih merangsang otak dan bahkan meningkatkan IQ adalah bermain atau menulis musik.

Anak-anak berusia enam tahun yang diberi pelajaran musik ketika dibandingkan dengan pelajaran drama atau tanpa instruksi mendapat tambahan 2 – 3 poin dalam skor IQ nya.

Rauscher juga menemukan bahwa setelah mendapat pelajaran musik selama dua tahun, anak pra-sekolah mendapat skor yang lebih baik pada tes penalaran spasial dibandingkan dengan yang mengikuti pelajaran komputer. Namun manfaatnya mungkin tidak sama bagi orang dewasa.

(pah/ir)

sumber: detikHealth

Kopi 3in1? Itu biasa…  Kopi Radix HPA adalah kopi herbal 7in1….. luar biasa…

Membedakan Demam Karena Infeksi Virus atau Bakteri

AN Uyung Pramudiarja – detikHealth

Demam anak, virus atau bakteri?

foto: thinkstock

Jakarta, Demam merupakan salah satu gejala khas yang menandakan adanya infeksi mikroorganisme di dalam tubuh. Jika dipicu oleh virus, infeksi itu akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu beberapa hari sedangkan jika dipicu oleh bakteri maka harus diberi antibiotik.

Namun pemeriksaan laboratorium untuk menentukan penyebab infeksi selalu menjadi tantangan tersendiri. Biakan mikroorganisme untuk menentukan penyebab infeksi secara pasti biasanya membutuhkan waktu 3 hari, sedangkan pasien tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk mendapat antibiotik jika memang terinfeksi bakteri.

“Pertanda yang sering digunakan adalah hitung leukosit, tapi tidak spesifik. Peningkatan polimorfonuklear lebih akurat menentukan adanya infeksi bakteri,” kata dr Hindra Irawan Satari, SpA dari RS Pondok Indah dalam seminar Pengobatan Terkini Kasus Infeksi di RS Pondok Indah, Rabu (30/11/2011).

Selain dari tes darah, dokter yang akrab disapa dr Hingky ini mengatakan bahwa jenis demam juga bisa membedakan antara infeksi virus dengan infeksi bakteri. Perbedaan jenis demam ini cukup cepat untuk dipakai dalam pengambilan keputusan saat memberi obat pada pasien.

Demam pada anak 90-95 persen disebabkan oleh virus, hanya 5-10 persen disebabkan oleh bakteri. Demam dengan suhu tinggi (di atas 39 derajat Celsius) dan durasi yang lama (di atas 3 hari) lebih banyak disebabkan oleh infeksi bakteri dibanding infeksi virus.

Lokasi demam juga membedakan jenis infeksinya. Demam yang terlokalisasi di satu organ biasanya disebabkan oleh bakteri, sedangkan jika melibatkan banyak organ (biasanya berhubungan dengan saluran napas) lebih sering dipicu oleh virus sehingga tidak perlu diberi antibiotik.

Perbedaan demam karena virus dan bakteri juga bisa dilihat dari perilaku anak saat demam. Jika anak masih bisa bermain dan berinteraksi dengan baik maka bisa dicurigai infeksinya dipicu oleh virus sedangkan jika anak tampak sakit berat, menangis lemah dan tidak tertarik pada lingkungan sekitar maka bisa dicurigai pemicunya adalah bakteri.

Pada prinsipnya, pemberian antibiotik tidak boleh sembarangan karena berisiko memicu resistensi atau kekebalan balkteri terhadap antibiotik. Jika semua bakteri sudah kebal, maka dunia akan kembali pada masa sebelum penicilin ditemukan.
(ir/ir)

sumber: detikHealth

Kopi 3in1? Itu biasa…  Kopi Radix-HPA adalah kopi herbal 7in1….. luar biasa…