Waspadai Asam Lambung Gara-gara Kalap Makan Daging

AN Uyung Pramudiarja – detikHealth

sate

foto: thinkstock

Jakarta, Kolesterol bukan satu-satunya ancaman di balik menu daging-dagingan saat merayakan Idul Adha. Masih ada ancaman yang terlupakan, yakni Gastro Esofagial Reflux Disease(GERD) atau naiknya asam lambung gara-gara kalap saat makan daging.

Pada setiap perayaan Idul Adha, para pengidap gangguan kolesterol biasanya sudah tahu diri untuk tidak berlebihan makan daging korban. Namun bagi yang kadar kolesterolnya normal, ancaman GERD sering diabaikan karena merasa tidak punya risiko apapun saat makan daging.

Praktisi klinis dari Universitas Indonesia, Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH mengatakan GERD sebenarnya disebabkan oleh kelemahan klep yang membatasi lambung dan kerongkongan. Bagi yang punya faktor risiko tersebut, makan daging secara berlebihan bisa memicu serangan GERD.

“Faktor yang menginduksi timbulnya GERD, yang mungkin memang sudah ada sebelumnya, adalah karena mengonsumsi daging dalam waktu singkat secara berlebihan,” tulis Dr Ari dalam emailnya untuk para wartawan, seperti dikutip Minggu (6/11/2011).

Menurut Dr Ari, konsumsi daging yang berlebihan akan semakin meningkatkan risiko GERD jika dimasak dengan santan berlebihan. Penggunaan bumbu-bumbu yang merangsang misalnya asam dan pedas juga akan memicu pergerakan isi lambung untuk naik menuju kerongkongan.

Untuk mencegahnya, Dr Ari memberikan beberapa tips saat makan daging korban sebagai berikut:

1. Jangan makan daging secara berlebihan dalam waktu singkat
2. Hindari makan daging bersamaan dengan jeroan (usus, hati, otak, paru, limpa)
3. Hindari bumbu-bumbu yang terlalu merangsang misalnya pedas dan asam
4. Setelah makan daging jangan minum kopi, alkohol dan minuman bersoda
5. Selama makan daging hindari makanan yang mengandung cokelat dan keju
6. Jangan langsung tidur dalam 2 jam setelah makan daging.

Dr Ari menambahkan, daging pada prinsipnya merupakan sumber nutrisi penting karena mengandung protein yang sangat tinggi. Selain sangat berguna selama masa pertumbuhan, protein juga dibutuhkan untuk memperbaiki sel-sel yang rusak karena sakit maupun akibat proses penuaan.

Namun di sisi lain, daging juga mengandung lemak. Lemak sebenarnya bisa menjadi cadangan energi, namun jika berlebihan akan menghambat proses pengosongan lambung dan meningkatkan risiko GERD atau aliran balik isi lambung termasuk asam lambung menuju kerongkongan.

Naiknya asam lambung ke kerongkongan selalu disertai dengan gejala nyeri dada atau heart burn, sehingga sering dikira sakit jantung. Nyeri ini juga dirasakan hingga kerongkongan dan jika naik terus hingga mencapai lidah akan menimbulkan sensasi rasa pahit.

Gejala lain yang sering menyertai naiknya asam lambung adalah rasa nyeri di ulu hati, perut kembung, begah dan sering bersendawa. Pada beberapa orang, kondisi ini juga menginduksi atau memicu sesak napas, batuk kronis, rhinitis atau radang hidung, laringitis atau radang pita suara dan kadang-kadang rasa ngilu di gigi.

(up/ir)

sumber: detikHealth

Kopi 3in1? Itu biasa…  Kopi Radix-HPA adalah kopi herbal 7in1….. luar biasa…

Manfaat Manis dari Pare

Asep Candra

pare

KOMPAS.com – Tidak banyak orang yang menyukai pare karena rasanya yang pahit. Padahal sayuran yang mudah ditemukan di sekitar kita ini memiliki manfaat yang “manis” untuk tubuh karena banyak mengandung nutrisi antara lain, kalsium, vitamin C, dan zat besi.

Berbahagialah untuk para pecinta pare atau mereka yang dapat berkompromi dengan rasa pahit si pare. Karena, menurut the Memorial Sloan-Kettering Cancer Center, si pahit ini biasa digunakan untuk mengobati atau mencegah kanker, infeksi, dan masalah pencernaan.

The National Bitter Melon Council melaporkan bahwa pare mengandung vitamin dan mineral, termasuk di antaranya vitamin C; zat besi; vitamin A; dan kalsium, dalam jumlah yang banyak.

Seperti yang telah diketahui, vitamin C sangat penting untuk produksi tulang rawan dan kekebalan tubuh. Zat besi diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Dan vitamin A yang terkandung di dalam pare, sebagai beta-karoten, sangat mudah diserap oleh tubuh dan dugunakan untuk meningkatkan kesehatan penglihatan juga kekebalan tubuh. Sedangkan kalsium membantu tubuh membentuk otot dan tulang.

Seperti kebanyakan sayuran lainnya, pare rendah kalori dan lemak. Namun yang membedakan adalah pare mengandung protein dalam jumlah yang banyak. Masih menurut the National Bitter Melon Council, 3,5 gram pare mengandung hampir 6 gram protein–  jumlah ini (protein) jauh lebih banyak dibandingkan dengan sayuran lainnya seperti bayam dan wortel.

Keistimewaan lainnya adalah, pare juga mengandung antioksidan–zat yang mampu melawan proses berbahaya didalam tubuh atau biasa disebut oksidasi. Dan jika tingkat oksidasi dalam tubuh sangat meningkat akan menyebabkan kerusakan DNA, sehingga risiko terjadinya kanker meningkat.

Adanya antioksidan di dalam pare dibuktikan dengan adanya penelitian yang diterbitkan dalam ” LWTFood Science and Technology” edisi Maret 2008, disimpulkan bahwa pare liar yang ditemukan di Taiwan memiliki antioksidan (flavonoid dan polifenol) dengan tingkat yang tinggi.

Namun the Memorial Sloan-Kettering Cancer Center menyarankan untuk berhati-hati dalam mengkonsumsi pare. Meski menyehatkan, jika dimakan terlalu banyak dapat menyebabkan kadar gula rendah. Dan untuk pengasupan suplemen ekstrak pare, sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu  dengan dokter untuk memastikan keamanannya.  (M10-11)

sumber: Kompas Health

Kopi 3in1? Itu biasa…  Kopi Radix-HPA adalah kopi & herbal 7in1….. luar biasa…